Social Icons

"Nyalakan lilin"
Jadilah bagian dari Solusi Bangsa

Minggu, 07 Juli 2013

Membentuk Pribadi kader (Religiusitas, Intelektual dan Humanitas) dari Duduk Melingkar Mengkaji Ilmu ALLAH

 Dewi Rizka Fithriyah*

Bismillah, Ikatan mahasiswa muhammadiyah (IMM)  merupakan organisasi yang termasuk dalam bagian dari organisasi otonom Muhammadiyah dengan basis anggota yang relatif homogen yakni Mahasiswa. Sebagai wahana kaderisasi, IMM diharapkan dapat menghasilkan komunitas kader-kader yang memiliki kualitas intelektual, kapasitas moral dan peran sosial yang memadai. Untuk mencapai kualifikasi kekaderan seperti demikian, IMM dituntut untuk menyelenggarakan program perkaderan dengan strategi perencanaan yang serius dan kerangka kerja yang jelas. Dengan demikian, kurikulum dan metode menjadi acuan utama guna pencapaian hasil yang optimal. Sehingga dari proses kaderisasi yang dikembangkan IMM dapat lahir kader-kader yang memahami benar misi dan cita-cita Muhammadiyah.2 Namun sangat disayangkan proses pengkaderan di IMM mulai mengalami penurunan bahkan menurut hemat penulis pengkaderan imm mulai mengalami kehilangan jatidiri. Hal ini terbukti dari banyak kader yang semakin jauh dari nilai-nilai islam dari mulai tata pergaulan tingkah laku hingga interaksi antar lawan jenis yang sudah mulai berikhtilat. Jikalau  kembali kepada cita-cita muhammadiyah dan misi muhammadiyah tentu jauh dengan keadaan IMM saat ini.  Ditambah lagi gelora dakwah IMM kian hari kian menurun. Tak pelak ini menjadi pukulan tersendiri bagi IMM. Selayaknya IMM menjadi organisasi dakwah mahasiswa namun pada penerapanya hal tersebut jauh dari angan.

            Penulis berasumsi kunci penyelesaian dari masalah tersebut adalah dengan membangun karakter kader melalui kaderisasi. Kaderisasi merupakan proses pendidikan jangka panjang untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada seorang kader atau dengan kata lain proses pembentukan anggota dalam suatu organisasi.3 Kaderisasi dilakukan mulai tahap perkenalan hingga menjadi anggota. Dalam muhammadiyah proses kaderisasi dilakukan melalui proses pembinaan anggota atau dalam muhammadiyah lebih dikenal dengan Ta’lim.
          Ta’lim adalah proses kaderisasi yang konsepannya menyerupai konsep halaqah Rasulullah. Konsep halaqah sendiri adalah sebuah sistem pengkaderan terstruktur dan berkelanjutan, yang terdiri dari beberapa orang anggota dan dibimbing oleh Rasulullah, halaqah merupakan sistem pendidikan Islam tertua, yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah sejak awal turunnya Islam, Sebagaimana dicatat dalam sejarah, diawal da’wah Islam proses penanaman nilai-nilai ajaran Islam dilakukan oleh Rasulullah di rumah Al-Arqam.[2]4
Sistem halaqah ini juga telah diwariskan dari generasi ke generasi  dan telah terbukti efektifitasnya dalam dalam membentuk kepribadian ummat Islam (Humanitas), meluruskan pemahaman serta aqidah mereka (Religiusitas). Bahkan juga transformai Ilmu pengetahuan (intelektual). Konsepan ini tak jauh berbeda dari Ta’lim. Arti muhammadiyah memiliki arti pengikut Muhammad, dalam hal inipun Muhammadiyah ta’lim pun mencontoh Halaqoh yang pernah dilakukakn Nabi Muhammad, namun hanya berbeda pada pemberian nama.  Menurut opini penulis, Seandainya Ta’lim digalakan kembali secara istiqomah dengan Muallim (pengisi materi) yang mumpuni maka program ini dapat menjadi basis dakwah dan terlaksananya program-program dakwah IMM yang lain.
Proses pelaksanaan ta’lim IMM dapat dilakukan sekali dalam seminggu. Jadwal waktu pertemuan ta’lim ditentukan berdasarkan jadwal yang telah ditentukan oleh yang Muallim. Setiap pertemuan ta’lim memerlukan waktu kurang lebih sekitar 1 sampai 1,5 jam. Tempat pertemuan ta’lim sebaiknya dilakukan secara tetap atau pun bisa berpindah-pindah asalkan tidak mengurangi efektifitas pelaksanaannya. Untuk menghindari terjadinya kejenuhan, sesekali  tempat pertemuan dapat dilakukan ditempat-tempat lain, seperti di masjid, di gazebo, di taman-taman fakultas atau di tempat-tempat yang memungkinkan dilakukan ta’lim. Agenda kegiatan dalam pertemuan ta’lim antara lain : (1). Pembukaan oleh Muallim ta’lim. (2). Tadarrus Al-Qur’an, Tarjamah & tafhimul Qur’an ( Seluruh anggota ta’lim dipimpin oleh Muallim membaca satu halaman  ayat-ayat  Al-Qur’an dengan bacaan tartil secara bersamaan. Setelah itu Muallim memilih salah satu anggota ta’lim untuk membaca 3 ayat. Apabila terdapat bacaan yang kurang sesuai dengan hukum-hukum bacaan tajwid, maka muallim/anggota yang lain bertugas meluruskannya. Selanjutnya membaca dan menterjemahkannya per-ayat. Saat dibacakan terjemahan, anggota ta’lim memperhatikan dan menyimak bacaan dengan baik.), (3). Ta’lim inti, Dalam memulai ta’lim inti sebaiknya muallim memulainya dengan memberikan apersepsi (mengamati kondisi psikologis  anggota dan memberikan pendasaran agar materi mudah diterima). Ta’lim inti diberikan oleh muallim dengan materi yang sudah ada dalam kurikulum ta’lim seperti Tauhid, mengenal Muhammadiyah lebih jauh dst. Ta’lim inti ini dapat juga mengambil referensi kitab-kitab tertentu yang sesuai dengan target dan sasaran ta’lim, atau sesuai dengan referensi yang disarankan dalam kurikulum ta’lim. Dalam memberikan materi kajian ini sebaiknya disisihkan waktu untuk tanya jawab agar lebih mendapatkan pendalaman materi. (4). Muhasabah. Evaluasi terhadap amal-amal yaumiyah (amal harian). (5). Infaq Kajian. Dalam ta’lim mingguan, seluruh anggota ta’lim diajak untuk  senantiasa terbiasa berinfaq secara materi untuk menyelenggarakan kajian  IMM. (6). Penutup ta’lim dilakukan dengan pembacaan do’a oleh muallim atau salah seorang yang ditunjuk. (7). Pembebanan tugas. Diluar kegiatan pertemuan ta’lim mingguan, setiap anggota ta’lim memiliki beban tugas yang wajib dilakukannya di luar pertemuan ta’lim. Adapun tuga-tugas tersebut meliputi: (a). Menunaikan kewajiban yang bersifat fardlu ain dengan penuh kedisiplinan, seperti: shalat berjama’ah di masjid , puasa Ramadhan, dsb. (b). Menghidupkan ibadah sunnah, seperti: Sholat Tahajud membaca Al-Qur’an, shalat sunnah rowatib, puasa sunnah, dzikrullah, dsb. (c). Mengamalkan ilmu yang telah diperoleh ketika ta’lim. (d). Melaksanakan da’wah, dengan cara amar ma’ruf nahi munkar sesuai dengan misi Muhammadiyah. (e). Membaca buku-buku yang menjadi refrensi pada kurikulum ta’lim. (f). Selalu menujukkan akhlaqul karimah dalam pergaulan sehari-hari. (g). Mengikuti majlis ilmu atau program-program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman, terutama bekal sebagai seorang mukmin dan seorang da’i yang menyeru orang lain ke jalan Allah.
Sederhananya apabila kader telah mengenal islam secara menyeluruh melalui proses ta’lim yang istiqomah maka sisi religiusitas kader akan terbangun. Masih ingatkan dengan janji ALLAH, “Orang yang sholatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya dan sebaliknya”. Hal ini menunjukan bahwa ketika seseorang mengenal islam lebih dalam dan mengaplikasikanya maka amal dan tingkah prilaku menjadi baik, semua itu telah menjadi Sunnatullah. Sisi lain ketika kader IMM mengikuti ta’lim dengan sungguh-sungguh maka akan terbentuk tranformasi keilmuan yang semakin mencerdaskan kader IMM.
Tentunya, ta’lim dapat terwujud dengan baik atau tidaknya, tergantung persiapan dan pelaksanaan yang baik, namun juga tergantung karena dukungan dari para kader. Dukungan tersebut bisa berupa motivasi dan kesadaran dari para kader tentang pentingnya kajian baik secara formal ataupun kultural sehingga tumbuh minat dan kecintaan untuk mengkaji ilmu ALLAH.[3]5  
Apabila kesadaran dan keinginan untuk mengkaji ilmu telah kuat, maka penulis percaya bahwa pelaksanaan program yang lain juga akan dilaksanakan dengan penuh kecintaan. Muara yang diharapkan dari kesemuanya itu adalah munculnya kesadaran untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dan berdakwah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dakwah adalah ruh dari seluruh bidang yang ada di IMM. Oleh karena itu, ruh dakwah itu pula yang diharapkan senantiasa melingkupi kader IMM. Wa’allahu a’lam bi showab.

  *Penulis adalah Kepala Bidang Dakwah IMM Saintek UM 2012/2013




2 anonim, Pola Dasar Strategi Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, (http://imm-bojonegoro.blogspot.com/2011/01/sistem-pengkaderan.html) (diakses tanggal 23 Mei 2013 ).
3 Feri Wahyudi, Kaderisasi Organisasi Sebuah Proses Jangka Panjang, (http://anaksebatik.blogspot.com/2007/10/kaderisasi-organisasi-sebuah-proses.html) (diakses tanggal 23 Mei  2013)
4 DepDik Hidayatullah, Menejemen Halaqah Pengajaran Materi Tsaqofiyah Gerakan Pandu Hidayatullah, artikel hal 1.

5 Laporan Pertanggung Jawaban Kabid Dakwah IMM saintek UM, hal 2.

1 komentar:

Tinggalkan Jejak dengan memberikan komentar Pada Artikel ini. Siapapun bisa menuliskan Komentar (tanpa harus punya akun google). pilih "select profil" Name/URL dan isi nama beserta link FB/Twitter/Blog Anda.

Fastabiqul Khoirot.