Dewi Rizka Fithriyah*
Bismillah, Ikatan mahasiswa muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi yang termasuk dalam bagian
dari organisasi otonom Muhammadiyah dengan basis anggota yang relatif homogen
yakni Mahasiswa. Sebagai wahana kaderisasi, IMM diharapkan dapat menghasilkan
komunitas kader-kader yang memiliki kualitas intelektual, kapasitas moral dan
peran sosial yang memadai. Untuk mencapai kualifikasi kekaderan seperti
demikian, IMM dituntut untuk menyelenggarakan program perkaderan dengan
strategi perencanaan yang serius dan kerangka kerja yang jelas. Dengan
demikian, kurikulum dan metode menjadi acuan utama guna pencapaian hasil yang
optimal. Sehingga dari proses kaderisasi yang dikembangkan IMM dapat lahir
kader-kader yang memahami benar misi dan cita-cita Muhammadiyah.2
Namun sangat disayangkan proses pengkaderan di IMM mulai mengalami penurunan
bahkan menurut hemat penulis pengkaderan imm mulai mengalami kehilangan
jatidiri. Hal ini terbukti dari banyak kader yang semakin jauh dari nilai-nilai
islam dari mulai tata pergaulan tingkah laku hingga interaksi antar lawan jenis
yang sudah mulai berikhtilat. Jikalau kembali
kepada cita-cita muhammadiyah dan misi muhammadiyah tentu jauh dengan keadaan
IMM saat ini. Ditambah lagi gelora
dakwah IMM kian hari kian menurun. Tak pelak ini menjadi pukulan tersendiri
bagi IMM. Selayaknya IMM menjadi organisasi dakwah mahasiswa namun pada
penerapanya hal tersebut jauh dari angan.
Penulis berasumsi kunci penyelesaian
dari masalah tersebut adalah dengan membangun karakter kader melalui kaderisasi.
Kaderisasi merupakan proses pendidikan jangka panjang untuk menanamkan
nilai-nilai tertentu kepada seorang kader atau dengan kata lain proses
pembentukan anggota dalam suatu organisasi.3 Kaderisasi dilakukan
mulai tahap perkenalan hingga menjadi anggota. Dalam muhammadiyah proses
kaderisasi dilakukan melalui proses pembinaan anggota atau dalam muhammadiyah
lebih dikenal dengan Ta’lim.
Ta’lim adalah proses kaderisasi yang
konsepannya menyerupai konsep halaqah Rasulullah. Konsep halaqah sendiri adalah
sebuah sistem pengkaderan terstruktur dan berkelanjutan, yang terdiri dari
beberapa orang anggota dan dibimbing oleh Rasulullah, halaqah merupakan sistem
pendidikan Islam tertua, yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah sejak awal
turunnya Islam, Sebagaimana dicatat dalam sejarah, diawal da’wah Islam proses
penanaman nilai-nilai ajaran Islam dilakukan oleh Rasulullah di rumah Al-Arqam.[2]4
Sistem halaqah ini juga telah diwariskan dari generasi ke
generasi dan telah terbukti
efektifitasnya dalam dalam membentuk kepribadian ummat Islam (Humanitas),
meluruskan pemahaman serta aqidah mereka (Religiusitas). Bahkan juga
transformai Ilmu pengetahuan (intelektual). Konsepan ini tak jauh berbeda dari
Ta’lim. Arti muhammadiyah memiliki arti pengikut Muhammad, dalam hal inipun
Muhammadiyah ta’lim pun mencontoh Halaqoh yang pernah dilakukakn Nabi Muhammad,
namun hanya berbeda pada pemberian nama. Menurut opini penulis, Seandainya Ta’lim digalakan kembali secara istiqomah dengan Muallim (pengisi
materi) yang mumpuni maka program ini dapat menjadi basis dakwah dan
terlaksananya program-program dakwah IMM yang lain.
Proses pelaksanaan ta’lim IMM dapat dilakukan sekali dalam seminggu.
Jadwal waktu pertemuan ta’lim ditentukan berdasarkan jadwal yang telah ditentukan
oleh yang Muallim. Setiap pertemuan
ta’lim memerlukan waktu kurang lebih sekitar 1 sampai 1,5 jam. Tempat pertemuan
ta’lim sebaiknya dilakukan secara tetap atau pun bisa berpindah-pindah asalkan
tidak mengurangi efektifitas pelaksanaannya. Untuk menghindari terjadinya
kejenuhan, sesekali tempat pertemuan
dapat dilakukan ditempat-tempat lain, seperti di masjid, di gazebo, di
taman-taman fakultas atau di tempat-tempat yang memungkinkan dilakukan ta’lim. Agenda
kegiatan dalam pertemuan ta’lim antara lain : (1). Pembukaan oleh Muallim ta’lim. (2). Tadarrus Al-Qur’an, Tarjamah & tafhimul Qur’an ( Seluruh
anggota ta’lim dipimpin oleh Muallim membaca satu
halaman ayat-ayat Al-Qur’an dengan bacaan tartil secara
bersamaan. Setelah itu Muallim memilih salah satu
anggota ta’lim untuk membaca 3 ayat. Apabila terdapat bacaan yang kurang sesuai
dengan hukum-hukum bacaan tajwid, maka muallim/anggota yang lain bertugas meluruskannya. Selanjutnya membaca dan
menterjemahkannya per-ayat. Saat dibacakan terjemahan, anggota ta’lim
memperhatikan dan menyimak bacaan dengan baik.), (3). Ta’lim inti, Dalam
memulai ta’lim inti sebaiknya muallim memulainya dengan
memberikan apersepsi (mengamati kondisi psikologis anggota dan memberikan pendasaran agar materi
mudah diterima). Ta’lim inti diberikan oleh muallim dengan materi yang sudah ada dalam kurikulum ta’lim seperti Tauhid,
mengenal Muhammadiyah lebih jauh dst. Ta’lim inti ini dapat juga mengambil
referensi kitab-kitab tertentu yang sesuai dengan target dan sasaran ta’lim,
atau sesuai dengan referensi yang disarankan dalam kurikulum ta’lim. Dalam
memberikan materi kajian ini sebaiknya disisihkan waktu untuk tanya jawab agar
lebih mendapatkan pendalaman materi. (4). Muhasabah. Evaluasi terhadap amal-amal
yaumiyah (amal harian). (5). Infaq
Kajian. Dalam ta’lim mingguan, seluruh anggota ta’lim diajak untuk senantiasa terbiasa berinfaq secara materi
untuk menyelenggarakan kajian IMM. (6). Penutup
ta’lim dilakukan dengan pembacaan do’a oleh muallim atau salah seorang yang ditunjuk. (7). Pembebanan tugas. Diluar
kegiatan pertemuan ta’lim mingguan, setiap anggota ta’lim memiliki beban tugas
yang wajib dilakukannya di luar pertemuan ta’lim. Adapun tuga-tugas tersebut
meliputi: (a). Menunaikan kewajiban yang bersifat fardlu ain dengan penuh
kedisiplinan, seperti: shalat berjama’ah di masjid , puasa Ramadhan, dsb. (b).
Menghidupkan ibadah sunnah, seperti: Sholat Tahajud membaca Al-Qur’an, shalat
sunnah rowatib, puasa sunnah, dzikrullah, dsb. (c). Mengamalkan ilmu yang telah
diperoleh ketika ta’lim. (d). Melaksanakan da’wah, dengan cara amar ma’ruf nahi
munkar sesuai dengan misi Muhammadiyah. (e). Membaca buku-buku yang menjadi
refrensi pada kurikulum ta’lim. (f). Selalu menujukkan akhlaqul karimah dalam
pergaulan sehari-hari. (g). Mengikuti majlis ilmu atau program-program
pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman, terutama bekal sebagai
seorang mukmin dan seorang da’i yang menyeru orang lain ke jalan Allah.
Sederhananya apabila kader telah mengenal islam secara menyeluruh
melalui proses ta’lim yang istiqomah maka sisi religiusitas kader akan
terbangun. Masih ingatkan dengan janji ALLAH, “Orang yang sholatnya baik, maka
baiklah seluruh amalnya dan sebaliknya”. Hal ini menunjukan bahwa ketika
seseorang mengenal islam lebih dalam dan mengaplikasikanya maka amal dan
tingkah prilaku menjadi baik, semua itu telah menjadi Sunnatullah. Sisi lain ketika kader IMM mengikuti ta’lim dengan
sungguh-sungguh maka akan terbentuk tranformasi keilmuan yang semakin mencerdaskan
kader IMM.
Tentunya, ta’lim dapat terwujud dengan baik atau tidaknya,
tergantung persiapan dan pelaksanaan yang baik, namun juga tergantung karena
dukungan dari para kader. Dukungan tersebut bisa berupa motivasi dan kesadaran
dari para kader tentang pentingnya kajian baik secara formal ataupun kultural
sehingga tumbuh minat dan kecintaan untuk mengkaji ilmu ALLAH.[3]5
Apabila kesadaran dan keinginan untuk mengkaji ilmu telah kuat, maka
penulis percaya bahwa pelaksanaan program yang lain juga akan dilaksanakan
dengan penuh kecintaan. Muara yang diharapkan dari kesemuanya itu adalah
munculnya kesadaran untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dan berdakwah
sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dakwah adalah ruh dari seluruh bidang
yang ada di IMM. Oleh karena itu, ruh dakwah itu pula yang diharapkan senantiasa
melingkupi kader IMM. Wa’allahu a’lam bi
showab.
*Penulis adalah Kepala Bidang Dakwah IMM Saintek UM 2012/2013
2 anonim,
Pola Dasar Strategi Perkaderan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah, (http://imm-bojonegoro.blogspot.com/2011/01/sistem-pengkaderan.html)
(diakses tanggal 23 Mei 2013 ).
3
Feri Wahyudi, Kaderisasi Organisasi
Sebuah Proses Jangka Panjang, (http://anaksebatik.blogspot.com/2007/10/kaderisasi-organisasi-sebuah-proses.html)
(diakses tanggal 23 Mei 2013)
bagus artikelnya, salam immawan dan immawati
BalasHapus