Social Icons

"Nyalakan lilin"
Jadilah bagian dari Solusi Bangsa

Minggu, 08 September 2013

Kepemimpinan, Indonesia yang Kuat

Organisasi Mahasiswa yang Shaleh

Oleh : Noor Sukmo Ayu Lestari*
Ringkasan :
Pergerakan organisasi mahasiswa kian mengalami degrasi keteladanan, baik kepemimpinan umum, pengurus maupun anggota secara umum. Hal ini mengakibatkan rancunya pergerakan dari organisasi tersebut, ketidak sinkronan, ketidak selarasan hingga berakibat munculnya kecemburuan sosial, ketidak harmonisan baik secara intern maupun eksternal. Mengembalikan organisasi kepada garis halauan, merevitalisasi langkah yang seharusnya dicapai hingga menshalehkan diri menjadi sosok tauladan. Shaleh yang berarti keprofesionalan dalam diri setiap insan akan membentuk kepribadian yang berciri khas, berkarakter. Bukan tidak mungkin, bangsa yang hebat kembali terlahir dari tangan mahasiswa, membawa perubahan terhadap lingkungan sekitarnya hingga mampu bersosial lebih baik lagi dan ketercapaian hal-hal yang konkret bagi negara ini.



Malang, kota pendidikan di Jawa Timur ini tak ada habisnya melukiskan cerita baik prestasi maupun degradasi moral yang tak lain tercipta dari sebagian mahasiswa yang merupakan kaum urban. Prestasi yang terukir ini baik secara individu maupun kelompok. Seperti halnya organisasi yang merupakan sekumpulan orang dengan visi dan misi yang sama memutuskan untuk mengeratkan diri, melegalkan langkah demi langkah yang akan diukir secara struktural. Berbicara mengenai struktural, organisasi memiliki pemimpin yang berwenang dan berkewajiban mengkoordinatori elemen-elemen lainnya. Hal demikian yang dianggap sebelah mata oleh sebagian orang dengan memanfaatkan hak tersebut untuk hal lain di luar kepentingan bersama, bahkan bisa saja mengesampingkan kewajiban yang ada. Dapat pula jabatan tersebut menjadi bintang atau tanda jasa bak pahlawan oleh sebagian orang dengan kata lain menyatakan kekuasaan dan kemampuan individu tersebut.
Mei 2013, tibalah saatnya saya dan rekan-rekan saya untuk mempertanggung jawabkan kinerja sebagai pimpinan harian di komisariat Adolesensi. Adolesensi merupakan rumah bagi saya dan sebagian teman saya pada awal masuk menjadi mahasiswa baru di Universitas Muhammadiyah Malang. Adolesensi hadir dengan kemasan rupa wibawa yang terpancar dari sikap beberapa senior saya saat itu yang juga memiliki hak dan wewenang di tataran organisasi tingkat fakultas saat ini. Seakan tersihir dengan buaian tutur dan tingkah senior saat itu, kami, saya dan 50 teman saya mengikrarkan diri untuk menjadi bagian dari mereka, dari rumah Adolesensi, sebagai immawan dan immawati. Agenda setelah pelaporan kinerja ialah pembentukan komisi formatur lalu dilanjutkan pemilihan ketua umum. Kepengurusan dalam organisasi ini berlangsung selama 1 tahun, sehingga tak banyak kegiatan besar yang mudah untuk direalisasikan, pun yang terlihat dan tersimpan baik dalam ingatan anggota ialah kekurangan, kepassifan dan minimnya ketauladanan. Memang, menjadi permasalahan klasik ketika beberapa pengurus juga harus men”dua”kan bahkan men”tiga”kan atau men”empat”kan dirinya untuk berkontribusi di lingkungannya. Melihat kemampuan, keaktifan dan ketauladanan yang ada, tak banyak yang dapat dicalonkan menjadi ketua saat itu, hanya seorang perempuan yang kali itu juga masih banyak kekurangan salah satunya karena ia “perempuan”.
Tiga tahun usia komisariat, tiga tahun pula seorang laki-laki menjadi pemimpin yang setiap tahunnya berganti. “Selama masih ada laki-laki, perempuan nggak pantes memimpin”, sosok seorang senior kala itu. Kepemimpinan seperti apa yang seharusnya ada, kepemimpinan seperti apa yang seharusnya bertanggar, bersua, berpeluh kesah dengan anggotanya? Teringat dalam satu kegiatan upgrading seorang pemateri menyatakan keshalehan bukan hanya bertakwa, beriman, tapi profesional. Profesional dalam segala amanah yang diperolehnya, bertanggung jawab dan menjadikan karakter dalam kehidupan sehari-harinya. Orang lain tidak perlu melihat apa yang ada dibalik baju dinas hariannya, yang biasa dikenakan beberapa organisasi untuk mengidentitaskan diri, tapi cukup mendengar apa yang ia ucapkan, bukan backgroundnya.
Perempuan, sebagai penghias komisariat saat itu tak gentarnya menunjukkan aksi untuk mencalonkan diri sebagai pimpinan. Tentu saja dengan banyak pertimbangan dan evaluasi diri yang mantap, tak lain juga sebagai bentuk perlawanan, bentuk geraman terhadap kaum adam saat itu yang kian memassifakan diri. Hal ini yang mencerminkan betapa dangkalnya pengetahuan akan warna pergerakan organisasi. Ketidak pahaman ini yang menjadi coreng bagi penggeraknya, untuk terus dapat meningkatkan solidaritas, kemampuan individu lalu menjadi tauladan yang sesungguhnya. Solusi yang dapat dilakukan ialah mengevaluasi tiap-tiap elemen yang ada, memperkenalkan kembali warna pergerakan, pengamalan, pemetaan lalu mempersuatif. Evaluasi yang selama ini ada hanya sebatas formalitas, rapat yang dilaksanakan perbulan hanya terbatas evaluasi secara general , oleh karena belum adanya sikap kritis dan keterbukaan, maka evaluasi perlu dilakukan dan disiapkan secara matang. Tidak hanya kegiatan besar yang membutuhkan kepanitiaan yang cakap dan solid, evaluasi akan lebih baik dilakukan secara terbuka dengan draft yang jelas, lalu memetakan permasalahan yang ada untuk selanjutnya dihimpun, dirangking guna menentukan permasalahan atau kesulitan apa yang mendasar, urgent , jenis penyelesian dan sumber hingga akhirnya tiba saat untuk penyelesaian masalah.
Bangsa Indonesia yang besar, yang majemuk, yang berciri khas merupakan realitas masyarakat dan lingkungan hingga lahir semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti Bhinneka ialah realitas sosial, Tunggal Ika ialah cita-cita kebangsaan. 1 Kemajemukan tersebut melahirkan beberapa perkumpulan yang berupaya merealisasikan visi dan misi sekeumpula orang tersebut, sehingga terwadahi apa yang mereka inginkan. Tentunya dengan tidak meninggalkan semangat nasionalisme untuk membangun negara yang berbudi pekerti, luhur dan anggun ini. Hendaknya dengan merevitalisasi beberapa elemen yang ada di kalangan mahasiswa seperti organisasi ekstra, unit kegiatan mahasiswa, badan eksekutif dan legislatif serta lalinnya akan meciptakan lingkungan yang demokratis, tidak lagi ada kecemburuan sosial, persaingan dalam mencapai massa dalam jumlah yang besar hingga kekerasan. Hal ini karena pemetaan yang baik, penguasaan ideologi yang mantap sehingga persaingan secara sehatpun terbentuk, bukan tidak mungkin, karakter bangsa ini akan terpupuk dan kokoh dengan meningkatnya jumlah mahasiswa yang aktif dalam kegiatan sosial, berorganisasi. Penguasaan ideologi yang baik, mendalam, akan tertanam dalam pribadi masing-masing, sehingga memberikan karakter tersendiri dan memudahkan dalam mentauladani, menjadi sosok yang terlihat bukan sosok yang ingin dilihat. Jas Merah seperti yang pernah diungkapkan presiden pertama Indonesia, sejarah yang ada yang merupakan tulang ekor, mengapa dan bagaimana hingga saat ini ada hendaknya secara cerdas disampaikan. Ideologi yang ada hendaknya diperkenalkan dengan ketersesuaian era yang ada, dengan tidak meninggalkan bahkan mengurangi konteks yang ada.
Pribadi berkarakter ialah harapan bangsa, tidak lagi ada jeritan dari pengangguran, kemiskinan, korban penindasan sosial dan ekonomi lainnya. Pribadi mandiri yang memiliki relasi, mengembangkan diri dan lingkungan sekitarnya. “Personal relantionship are the fertile soil from which all advancement, all success, all achievement in real life grows.” John Kanary. 2 Harapan ini lahir untuk meningkatkan keshalehan komponen dalam IMM Adolesensi untuk selanjutnya dapat mengepakkan sayap yang kami miliki, berperan lebih dari apa yang telah jiwa ini lukiskan, berkarya lebih dan menghebatkan negara, menjadi bangsa yang sesungguhnya.






 Referensi :

1 Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, 2012. Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Hal. 189. Sekretariat Jendral MPR RI. Jakarta.
2 John Kanary dalam J. Sumardianta, 2013. Guru Gokil Murid Unyu. Hal. 99. Bentang, Yoryakarta.  

* Fakultas Pertanian Peternakan / Ilmu dan Teknologi  
  Pangan

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Jejak dengan memberikan komentar Pada Artikel ini. Siapapun bisa menuliskan Komentar (tanpa harus punya akun google). pilih "select profil" Name/URL dan isi nama beserta link FB/Twitter/Blog Anda.

Fastabiqul Khoirot.