Organisasi Mahasiswa yang Shaleh
Oleh : Noor Sukmo Ayu Lestari*
Ringkasan
:
Pergerakan
organisasi mahasiswa kian mengalami degrasi keteladanan, baik kepemimpinan
umum, pengurus maupun anggota secara umum. Hal ini mengakibatkan rancunya
pergerakan dari organisasi tersebut, ketidak sinkronan, ketidak selarasan
hingga berakibat munculnya kecemburuan sosial, ketidak harmonisan baik secara
intern maupun eksternal. Mengembalikan organisasi kepada garis halauan,
merevitalisasi langkah yang seharusnya dicapai hingga menshalehkan diri menjadi
sosok tauladan. Shaleh yang berarti keprofesionalan dalam diri setiap insan
akan membentuk kepribadian yang berciri khas, berkarakter. Bukan tidak mungkin,
bangsa yang hebat kembali terlahir dari tangan mahasiswa, membawa perubahan
terhadap lingkungan sekitarnya hingga mampu bersosial lebih baik lagi dan
ketercapaian hal-hal yang konkret bagi negara ini.
Malang,
kota pendidikan di Jawa Timur ini tak ada habisnya melukiskan cerita baik
prestasi maupun degradasi moral yang tak lain tercipta dari sebagian mahasiswa
yang merupakan kaum urban. Prestasi yang terukir ini baik secara individu
maupun kelompok. Seperti halnya organisasi yang merupakan sekumpulan orang
dengan visi dan misi yang sama memutuskan untuk mengeratkan diri, melegalkan
langkah demi langkah yang akan diukir secara struktural. Berbicara mengenai
struktural, organisasi memiliki pemimpin yang berwenang dan berkewajiban
mengkoordinatori elemen-elemen lainnya. Hal demikian yang dianggap sebelah mata
oleh sebagian orang dengan memanfaatkan hak tersebut untuk hal lain di luar
kepentingan bersama, bahkan bisa saja mengesampingkan kewajiban yang ada. Dapat
pula jabatan tersebut menjadi bintang atau tanda jasa bak pahlawan oleh
sebagian orang dengan kata lain menyatakan kekuasaan dan kemampuan individu
tersebut.
Mei
2013, tibalah saatnya saya dan rekan-rekan saya untuk mempertanggung jawabkan
kinerja sebagai pimpinan harian di komisariat Adolesensi. Adolesensi merupakan
rumah bagi saya dan sebagian teman saya pada awal masuk menjadi mahasiswa baru
di Universitas Muhammadiyah Malang. Adolesensi hadir dengan kemasan rupa wibawa
yang terpancar dari sikap beberapa senior saya saat itu yang juga memiliki hak
dan wewenang di tataran organisasi tingkat fakultas saat ini. Seakan tersihir
dengan buaian tutur dan tingkah senior saat itu, kami, saya dan 50 teman saya
mengikrarkan diri untuk menjadi bagian dari mereka, dari rumah Adolesensi,
sebagai immawan dan immawati. Agenda setelah pelaporan kinerja ialah
pembentukan komisi formatur lalu dilanjutkan pemilihan ketua umum. Kepengurusan
dalam organisasi ini berlangsung selama 1 tahun, sehingga tak banyak kegiatan
besar yang mudah untuk direalisasikan, pun yang terlihat dan tersimpan baik
dalam ingatan anggota ialah kekurangan, kepassifan dan minimnya ketauladanan.
Memang, menjadi permasalahan klasik ketika beberapa pengurus juga harus men”dua”kan
bahkan men”tiga”kan atau men”empat”kan dirinya untuk berkontribusi di
lingkungannya. Melihat kemampuan, keaktifan dan ketauladanan yang ada, tak
banyak yang dapat dicalonkan menjadi ketua saat itu, hanya seorang perempuan
yang kali itu juga masih banyak kekurangan salah satunya karena ia “perempuan”.
Tiga
tahun usia komisariat, tiga tahun pula seorang laki-laki menjadi pemimpin yang
setiap tahunnya berganti. “Selama masih ada laki-laki, perempuan nggak pantes
memimpin”, sosok seorang senior kala itu. Kepemimpinan seperti apa yang
seharusnya ada, kepemimpinan seperti apa yang seharusnya bertanggar, bersua,
berpeluh kesah dengan anggotanya? Teringat dalam satu kegiatan upgrading seorang pemateri menyatakan
keshalehan bukan hanya bertakwa, beriman, tapi profesional. Profesional dalam
segala amanah yang diperolehnya, bertanggung jawab dan menjadikan karakter
dalam kehidupan sehari-harinya. Orang lain tidak perlu melihat apa yang ada
dibalik baju dinas hariannya, yang biasa dikenakan beberapa organisasi untuk
mengidentitaskan diri, tapi cukup mendengar apa yang ia ucapkan, bukan backgroundnya.
Perempuan,
sebagai penghias komisariat saat itu tak gentarnya menunjukkan aksi untuk
mencalonkan diri sebagai pimpinan. Tentu saja dengan banyak pertimbangan dan
evaluasi diri yang mantap, tak lain
juga sebagai bentuk perlawanan, bentuk geraman terhadap kaum adam saat itu yang
kian memassifakan diri. Hal ini yang
mencerminkan betapa dangkalnya pengetahuan akan warna pergerakan organisasi.
Ketidak pahaman ini yang menjadi coreng bagi penggeraknya, untuk terus dapat
meningkatkan solidaritas, kemampuan individu lalu menjadi tauladan yang
sesungguhnya. Solusi yang dapat dilakukan ialah mengevaluasi tiap-tiap elemen yang ada, memperkenalkan kembali warna
pergerakan, pengamalan, pemetaan lalu mempersuatif. Evaluasi yang selama
ini ada hanya sebatas formalitas, rapat yang dilaksanakan perbulan hanya
terbatas evaluasi secara general ,
oleh karena belum adanya sikap kritis dan keterbukaan, maka evaluasi perlu
dilakukan dan disiapkan secara matang. Tidak hanya kegiatan besar yang
membutuhkan kepanitiaan yang cakap dan solid, evaluasi akan lebih baik
dilakukan secara terbuka dengan draft yang jelas, lalu memetakan permasalahan
yang ada untuk selanjutnya dihimpun, dirangking guna menentukan permasalahan
atau kesulitan apa yang mendasar, urgent
, jenis penyelesian dan sumber hingga
akhirnya tiba saat untuk penyelesaian masalah.
Bangsa
Indonesia yang besar, yang majemuk, yang berciri khas merupakan realitas
masyarakat dan lingkungan hingga lahir semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang
berarti Bhinneka ialah realitas sosial, Tunggal Ika ialah cita-cita kebangsaan.
1 Kemajemukan tersebut melahirkan beberapa perkumpulan yang berupaya
merealisasikan visi dan misi sekeumpula orang tersebut, sehingga terwadahi apa
yang mereka inginkan. Tentunya dengan tidak meninggalkan semangat nasionalisme
untuk membangun negara yang berbudi pekerti, luhur dan anggun ini. Hendaknya
dengan merevitalisasi beberapa elemen yang ada di kalangan mahasiswa seperti
organisasi ekstra, unit kegiatan mahasiswa, badan eksekutif dan legislatif
serta lalinnya akan meciptakan lingkungan yang demokratis, tidak lagi ada kecemburuan
sosial, persaingan dalam mencapai massa dalam jumlah yang besar hingga
kekerasan. Hal ini karena pemetaan yang baik, penguasaan ideologi yang mantap
sehingga persaingan secara sehatpun terbentuk, bukan tidak mungkin, karakter
bangsa ini akan terpupuk dan kokoh dengan meningkatnya jumlah mahasiswa yang
aktif dalam kegiatan sosial, berorganisasi. Penguasaan ideologi yang baik,
mendalam, akan tertanam dalam pribadi masing-masing, sehingga memberikan
karakter tersendiri dan memudahkan dalam mentauladani, menjadi sosok yang
terlihat bukan sosok yang ingin dilihat. Jas Merah seperti yang pernah
diungkapkan presiden pertama Indonesia, sejarah yang ada yang merupakan tulang
ekor, mengapa dan bagaimana hingga saat ini ada hendaknya secara cerdas
disampaikan. Ideologi yang ada hendaknya diperkenalkan dengan ketersesuaian era
yang ada, dengan tidak meninggalkan bahkan mengurangi konteks yang ada.
Pribadi
berkarakter ialah harapan bangsa, tidak lagi ada jeritan dari pengangguran,
kemiskinan, korban penindasan sosial dan ekonomi lainnya. Pribadi mandiri yang
memiliki relasi, mengembangkan diri dan lingkungan sekitarnya. “Personal relantionship are the fertile soil
from which all advancement, all success, all achievement in real life grows.”
John Kanary. 2 Harapan ini lahir untuk meningkatkan keshalehan
komponen dalam IMM Adolesensi untuk selanjutnya dapat mengepakkan sayap yang
kami miliki, berperan lebih dari apa yang telah jiwa ini lukiskan, berkarya
lebih dan menghebatkan negara, menjadi bangsa yang sesungguhnya.
Referensi :
1
Pimpinan
MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, 2012. Empat Pilar Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara. Hal. 189. Sekretariat Jendral MPR RI. Jakarta.
2
John
Kanary dalam J. Sumardianta, 2013. Guru Gokil Murid Unyu. Hal. 99.
Bentang, Yoryakarta.
* Fakultas
Pertanian Peternakan / Ilmu dan Teknologi
Pangan
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak dengan memberikan komentar Pada Artikel ini. Siapapun bisa menuliskan Komentar (tanpa harus punya akun google). pilih "select profil" Name/URL dan isi nama beserta link FB/Twitter/Blog Anda.
Fastabiqul Khoirot.