Social Icons

"Nyalakan lilin"
Jadilah bagian dari Solusi Bangsa

Jumat, 05 Juli 2013

Raushan Fikr sebagai khalifatul fil ardl untuk menebar Ar Rahman dan Ar Rahim

Oleh: Melia Mega Sari*

Kelahiran IMM mempunyai sebuah niatan untuk membentuk pemikir-pemikir sejati,  pembentukan akademisi muslim tentunya memerlukan peran yang penting dari lingkungan rumah mereka yaitu sebuah rumah yang bernama IMM. IMM sebagai rumah yang sederhana dan memiliki tujuan yang berat tentunya tidak pernah luput dari malah sepele yang akan berdapak pada tujuan dari berIMM itu sendiri. Dapat kita ambil contoh yang sepele saja tentang kan oleh para pemimpin yang sudah sibuk dengan pekerjan mereka. Tetapi sekali lagi ini adalah masalah yang nantinya akan membawa dampak kadar prosentasi minat dan cinta para kder terhadap ikatan. Masalah ini memang jarang terfikir namun, dampak akhir akan menjadi penyesalan dalam pengkaderan. Masalah bagaimana kita sebagai sesama kader mampu mengikat dan menumbuhkan rasa kepemilikan pada kader agar niat atau tujuan dari ikatan tercapai. Untuk mewujudkan itu semua tentunya tidak semudak kita berucap kata atau melangkahkan kaki kanan kita, perlu kiranya kita menelaah kembali ikatan atau mengulas kembali rasa berIMM kita melalui nama yang kita sandang dan kita gembor-gemborkan.


Raushan fikr sebut saja, Orang yang tercerahkan akan berusaha untuk menemukan hubungan sebab akibat sesungguhnya antara kesengsaraan, penyakit sosial, dan kelainan-kelainan serta berbagai faktor internal dan eksternal. Akhirnya, orang yang tercerahkan harus mengalihkan pemahaman di luar kelompok teman-temannya yang terbatas secara keseluruhan.” Raushan Fikr merupakan kunci bagi perubahan, oleh karenanya sulit diharapkan terciptanya perubahan tanpa peranan dari orang-orang berjiwa Raushan Fikr.
Ideologi Kaum Intelektual Suatu Wawasan Islam (1993) karya Ali Syari’ati, menjelaskan bahwa Raushan Fikr dalam bahasa Persia berarti “pemikir yang tercerahkan.” Dalam terjemahan Inggris terkadang disebut Intelectual atau free thinkers. Raushan Fikr berbeda dengan ilmuwan. Seorang ilmuwan menemukan kenyataan, seorang Raushan Fikr menemukan kebenaran; ilmuwan hanya menampilkan fakta sebagaiman adanya, Raushan Fikr memberikan penilaian seharusnya; ilmuwan berbicara dengan bahasa universal, Raushan Fikr seperti para Nabi berbicara dengan bahasa kaumnya; ilmuwan bersikap netral dalam menjalankan pekerjaannya, Raushan Fikr harus melibatkan diri pada ideologi.

Raushan fikr adalah kaum intelektul dalam arti yang sebenarnya. Kaum intelektual bukan sarjana, yang hanya menunjukan kelompok orang yang sudah melewati pendidikan tinggi dan memperoleh gelar sarjana ( asli atau aspal ). Mereka juga bukan ilmuan, yang mendalami dan mengembangkan ilmu dengan penalaran dan penelitian. Mereka adalah kelomppk orang yang merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya, menangkap aspirasi mereka, merumuskan dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang, menawarkan strategi dan alternatif pemecahan masalah. Raushan Fikr adalah model manusia yang diidealkan untuk memimpin masyarakat menuju revolusi. Raushan Fikr adalah pemikir tercerahkan yang mengikuti ideologi yang dipilihnya secara sadar. Ideologi akan membimbingnya kepada pewujudan tujuan ideologi tersebut, ia akan memimpin gerakan progresif dalam sejarah dan menyadarkan umat terhadap kenyataan kehidupan. Ia akan memprakarsai gerakan revolusioner untuk merombak stagnasi.

Seorang Raushan Fikr menentukan sebab-sebab yang sesungguhnya dari keterbelakangan masyarakatnya dan menemukan penyebab sebenarnya dari kemandekan dan kebobrokan rakyat dalam lingkungannya. Harus mendidik masyarakatnya yang bodoh dan masih tertidur, mengenai alasan-alasan dasar bagi nasib sosio-historis yang tragis. Lalu, dengan berpijak pada sumber-sumber, tanggung jawab, kebutuhan-kebutuhan dan penderitaan masyarakatnya, ia dituntut menentukan pemecahan-pemecahan rasional yang memungkinkan pemanfaatan yang tepat atas sumber-sumber daya terpendam di dalam masyarakatnya, dan mendiagnosis yang tepat pula atas penderitaan masyarakatnya. Orang yang tercerahkan akan berusaha untuk menemukan hubungan sebab akibat sesungguhnya antara kesengsaraan, penyakit sosial, dan kelainan-kelainan serta berbagai faktor internal dan eksternal.

Cara pandang kita terhadap cinta pada ikatan. Penilaian tentang baik dan buruk, benar dan salah atau sopan  dan tidan sopan bukanlah akal, hati nurani atau moral. Perasaan cinta atau benci bukan berangkat dari ketulusan yang hakiki, tetapi bagaikan para para pegadang yang menilainya atas pertimbangan untung-rugi secara finensial. Pada problem kehidupan muktakhir saat ini, kita semua sebagai khalifatul fil ardl-­wakil allah di muka bumi, memikul amanah yang begitu besar. Yaitu sebagaimana Allah memiliki sifat Ar-Rahmann dan Ar Rahim ( kasih sayang ), maka manusia pun wajib mengemban tugas menebar nilai kasih sayang terhadap alam semesta. Interaksi vertikel antara makhluk dengan khalik-antara manusia dengan Tuhan. Dan juga hubungan horizontal antara manusia dengan manusia, dengan alam, serta dengan semua ciptaan baik yang hidup maupun tak hidup.

Para pemikir yang tercerahkan memiliki amanah yang luar biasa terhadap perkembangan semesta dengan menerapkan sebagai khalifatul fil ardl-­wakil allah di muka bumi tugas menebar nilai kasih sayang. Kasih sayang yang seharusnya tersebar dari manusi ke manusia juga harus diterapkan atau ditebarkan pada para kader untuk lebih mencintai ikatannya.  Para pemimpin yang mampu menaungi para kadernya dan mengikatnya dalam satu ikatan ber IMM adalah seorang pemimpin yang berhasil. Menumbuhkan rasa cinta untuk ber ikatan bisa diterpkan dan dilakukan memalui memilih seorang pemimpin yang sebagai khalifatul fil ardl untuk menebar kasih sayang. Suatu metode yang diterapka adalah memalui pendekatan emosional secara keseluruhan terhadap para akademisi. Pendekatan emosional dapat menumbuhkan rasa kepemilikan dari dalam diri kader untuk menumbuhkan suatu ngiroh ke-IMMan. Seorang pemikir yang tercerahkan dapat menerapkannya semisalnya selain pendekatan emosional juga bisa menerapkan perubahan pemikiran kita untuk bisa membuat para kader cinta ikatan. Dapat pula dilakukan dengan memalukan kegiatan-kegiatan yang nantinya dapat membuang sekatan antara senior dan junior.

*Kader IMM Koms. Raushan Fikr FKIP UMM


Referensi
Syari’ati Ali. 1993. Ideologi Kaum Intelektual: Suatu Wawasan Islam. Penerbit Mizan.                             Bandung

Elguyani gugun. 2008. Islam Mazhab Cinta. Kutub Wacana. Yogyakarta 

5 komentar:

  1. Menarik sekali tulisannya, tapi saya masih belum jelas apa yang harus dilakukan raushan fikr dengan melihat kondisi sosial yang sekarang ini?
    Atau mungkin pertanyaannya apakah kondisi sosial yang sekarang sudah baik2 saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pertanyaan yang bagus untuk Aertikel yang super.
      Mari kita jawab dengan tindakan. Butuh perenungan untuk menjawab pertanyaan Mas Anonim.

      Hapus
    2. Pertanyaan yang bagus untuk Aertikel yang super.
      Mari kita jawab dengan tindakan. Butuh perenungan untuk menjawab pertanyaan Mas Anonim.

      Hapus
    3. kok saya baru lihat ini. astaga tulisan itu sangat berantakan. mohon maaf.

      Hapus
  2. mbak ini boleh tak buat tugas artikel kah hhhh

    BalasHapus

Tinggalkan Jejak dengan memberikan komentar Pada Artikel ini. Siapapun bisa menuliskan Komentar (tanpa harus punya akun google). pilih "select profil" Name/URL dan isi nama beserta link FB/Twitter/Blog Anda.

Fastabiqul Khoirot.