Nama
Muhammadiyah sangat lekat dengan sosok KH. Ahmad Dahlan. Dalam
sejarahnya, latar belakang lahirnya Muhammadiyah karena didasari
keprihatinan yang mendalam perihal perilaku Umat Muslim kala itu yang
sangat jauh dari nilai asli Agamanya. Sosok KH. Ahmad Dahlan adalah
sosok sentral karena ia “menerjemahkan” pemikirannya tersebut
dalam sebuah pergerakan yang bernama Muhammadiyah. Tak jarang KH.
Ahmad Dahlan menggugat perilaku umat Muslim kala itu.
Sebelum
naik haji dan belajar Islam di Makkah, KH. Ahmad Dahlan muda (yang
masih bernama Muhammad Darwis) pernah merasa gelisah dengan kondisi
Masyarakat Jogja waktu itu.
Pertama,
Darwis sempat mengkritik upacara sesaji yang membuang-buang beras dan
makanan lainnya padahal kondisi ekonomi dalam keadaan paceklik.
Kedua, Darwis sempat mempertanyakan perilaku umat Islam yang terlalu
jauh berkubang dalam budaya agama lain dan kemudian itu dipahami
sebagai ajaran Islam. Peristiwa itu terlihat sepele, tapi
sesungguhnya bernilai besar.
Darwis
muda sudah berani melayangkan kritik, ia menggugat kondisi yang ada.
Keberanian Darwis menggugat didasarkan pada wawasan keagamaan yang ia
miliki, dan setelah Ia naik haji serta belajar di Makkah, ia semakin
yakin jika apa yang ia yakini itu benar. Darwis yang setelah naik
haji berubah nama menjadi Ahmad Dahlan, semakin mendapat justifikasi
jika kondisi Umat Islam di Jawa itu memang sudah sangat jauh dari
nilai Islam yang sebenarnya. Yaitu Islam yang besar dan membawa
kemajuan.
Setelah
itu KH. Ahmad Dahlan mulai bertablig, meluruskan pemahaman Masyarakat
tentang makna Islam, sampai tak jarang kemudian Ahmad Dahlan di
musuhi, di ancam, di caci maki, bahkan Langgarnya pernah di robohkan
oleh abdi
dalem.
Namun Dahlan tak pantang menyerah, ia tetap istiqomah dan kemudian
menerjemahkan pemikirannya itu dengan membangun PKO yang akhirnya ia
mendirikan Muhammadiyah untuk mendidik Masyarakat tentang makna Islam
yang berkemajuan.
Jika
kita merefleksikan diri sebagai kader Muhammadiyah, patut kiranya
kita untuk kembali menengok sosok KH. Ahmad Dahlan. Ia adalah seorang
penggugat yang ulung, ia merasa jika kondisi Masyarakat jawa yang
mayoritas Muslim sangat jauh dari ajaran dan nilai-nilai Islam itu
sendiri. Gugatan yang dilayangkan Ahmad Dahlan adalah hasil dari
pemahamannya yang mendalam tentang Islam.
Jadi
kader Muhammadiyah kemudian harus mempu membaca kondisi Masyarakat
seperti halnya KH. Ahmad Dahlan. Melihat mana yang kurang pas dan
tidak sesuai dengan ajaran Agama Islam, dan kemudian menggugat serta
meluruskan mana yang kurang pas. Orang yang mampu menggugat
sesungguhnya adalah orang yang hidup hati dan akalnya, apalagi yang
ia gugat adalah kondisi Masyarakat. Orang yang mampu menggugat
bukanlah orang yang sembarangan, ia pastilah sosok yang kritis dan
berwawasan luas.
Namun
KH. Ahmad Dahlan tidak sebatas menggugat dan mengkritik, tap juga
melakukan amal nyata. Wujudnya yaitu dengan membangun Sekolah, PKO,
hingga pergerakan Muhammadiyah. Contoh kecilnya Misalkan:
- KH. Ahmad Dahlan mendirikan sekolahan, yang di dalamnya mengajarkan ilmu-ilmu barat yang selama ini dianggap ilmu kafir. Ia ingin menunjukkan jika Islam itu tidak sempit, Islam itu luas dan luwes. Semua Ilmu di muka bumi ini sejatinya adalah milik Allah Swt. Ia melakukan itu agar Umat Islam cerdas, terbuka dan berwawasan, sehingga image Islam tidak kemudian dipandang sebagai Agama yang terbelakang.
- KH. Ahmad Dahlan turun ke jalan-jalan, mendirikan PKO (Penolong Kesengsaraan Oemom) dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi Masyarakat. Tak jarang juga menyantuni sesama yang membutuhkan, menyekolahkan mereka yang tidak bisa sekolah. Itu dilakukan KH. Ahmad Dahlan untuk menunjukkan jika Islam itu peduli terhadap realitas yang ada dan memiliki nilai luhur untuk membangun Masyarakat.
- KH. Ahmad Dahlan membangun intensitas pergaulan yang luas, tidak hanya kepada para tokoh Islam, tapi juga kepada tokoh-tokoh non Muslim, para bangsawan dan Abangan. Ia juga mengajarkan Agama Islam di sekolah-sekolah Belanda (kweekschool) untuk memperkenalkan Islam itu tidak terbelakang, tapi adalah Agama yang membawa kemajuan. Dan banyak kemudian siswanya yang notabene beragama katolik dan tertarik belajar Islam di rumahnya.
Maka
jadilah kader penggugat sesuai dengan apa yang dulu dilakukan Ahmad
Dahlan. Menggugat Masyarakat perlu kemampuan yang tinggi, wawasan
yang luas, pandai membaca kondisi Masyarakat dan jika ada yang tidak
sesuai maka kemudian mencoba meluruskan dengan Muhammadiyah sebagai
kendaraannya. Sehingga tidak hanya menggugat, tapi juga memberikan
solusi riil.
Maka
IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) sebagai ortom Muhammadiyah yang
setiap harinya berkelindan di dunia Akademik dan Riset Ilmiah, perlu
memelopori diri untuk bersifat kritis dan menggugat kondisi
Masyarakat jika tidak sesuai dengan nilai yang ada, terlebih
nilai-nilai Islam.
Jadi
ayo perkaya diri dengan wawasan yang luas, pemahaman Agama yang baik,
sikap kritis, dan jadilah kader penggugat. Kader yang menggugat dan
kemudian bergerak untuk meluruskan dan membangun Masyarakat yang
lebih baik.
Fastabiqul Khoirot.
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak dengan memberikan komentar Pada Artikel ini. Siapapun bisa menuliskan Komentar (tanpa harus punya akun google). pilih "select profil" Name/URL dan isi nama beserta link FB/Twitter/Blog Anda.
Fastabiqul Khoirot.